Kitab yang pandai bercakap - cakap

KITAB YANG PANDAI BERCAKAP – CAKAP

Umar bin Khattab r.a. menceritakan perihal dirinya, “Saya bermaksud menggertak Muhammad, maka aku ikuti ia sedang menghadapkan wajahnya ke Masjidil Haram untuk melakukan shalat. Aku datang dan berputar dari balik Ka’bah dan berdiri tepat di depannya, maka tidak ada yang menghalangi aku dan dia selain sitar (penutup) Ka’bah. Aku pegang erat – erat pedangku untuk membunuhnya, aku berhenti sejenak dan Rasulullah saw. mulai membaca surat Al – Haqqah : 1 – 8

Maka bacaannya menghunjam jantungku bagaikan anak panah yang tidak terelakkan. Setelah selesai bacaannya, aku berkata, “Apa ini ?” Ternyata beliau terus membaca : “Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar – benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.” (Q.S. Al Haqqah : 40)

Maka aku katakan, “Mungkin saja ucapan penyair.” Beliau terus melanjutkan bacaannya : “Dan bukanlah Al Quran itu perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (Q.S. Al Haqqah : 41)

Aku katakan, “Mungkin bacaan seorang dukun”, maka beliau membaca : “dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (Q.S. Al Haqqah : 42)

Aku katakan, “Dari mana datangnya ini ?” Beliau lalu membaca , “Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam.” (Q.S. Al Haqqah : 43)

Aku katakan, “Mana aku percaya ?” Beliau membaca, “Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas nama Kami, niscaya benar – benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar – benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali – kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalagi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.” (Q.S. Al Haqqah : 44 – 47)

Maka aku berkata dalam hati, “Saya bersaksi ini adalah benar bukan ucapan manusia.”

Dari percakapan langsung antara Rasulullah saw. dan Umar bin Khattab, kita bisa melihat bahwa Al Quran mengandung kata – kata yang dapat berbicara langsung untuk menyemai benih – benih keimanan dan membimbing pembacanya keluar dari kegelapan hati menuju nur Ilahi.

Pergolakan jiwa bergemuruh dalam diri Umar, dalam dirinya berkecamuk gejolak yang ditimbulkan oleh Al Quranul Karim, maka terpengaruh hatinya yang hidup itu.

Begitulah, Al Quran memang wahyu Ilahi yang senantiasa menerangi pembacanya menuju kepada jalan kebenaran, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. An Nisaa : 174,

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabb-mu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).”

0 komentar:

Posting Komentar