Kata - Kata Bijak
2. Barangsiapa mendahulukan kepentingan dirinya sendiri di atas urusan dengan Allah, maka Allah akan membiarkannya memikul bebannya sendiri. Barangsiapa sibuk mengurusi kepentingan manusia di atas urusannya dengan Allah, maka Allah akan menyerahkan nasib dan urusannya kepada manusia. (Ulama)
3. Menepati janji adalah saudara kembar kejujuran. (Pepatah)
4. Jika anda kehilangan harta benda, anda tidak kehilangan sesuatu. Jika anda kehilangan semangat dan keberanian, berarti anda kehilngan banyak hal. Dan jika anda kehilangan kemuliaan dan harga diri, berarti anda kehilangan segala – galanya. (Arif Bijak)
5. Umar ibnul Khattab r.a. berkata, “Telah sukses orang memelihara dirinya dari kerakusan, tidak memperturutkan hawa nafsunya dan tidak suka marah – marah (emosi).”
6. Seindah – indah senyuman adalah senyum yang menembus celah – celah cucuran air mata. (Pepatah)
7. Orang yang mempertaruhkan hawa nafsunya akan menjual agamanya dengan dunia. (Ulama)
8. Jika diri seseorang tidak ternoda oleh titik – titik cela, maka setiap masalah yang dihadapinya selalu indah. (Pepatah)
9. Anda bisa berhasil meraih sesuatu dengan cara lemah lembut yang kiranya tidak dapat anda meraihnya dengan kekerasan. (Arif bijak)
10. Mencegah kerusakan (mafsadah) lebih diutamakan (diprioritaskan) daripada mencari keuntungan (kemaslahatan). (Kaidah ushul dalam islam)
11. Tidak ada kesempurnaan akal yang melebihi perencanaan yang baik dan matang. Dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi daripada akhlak yang mulia (al – Akhlakul karimah). (Ulama)
12. Hudzaifah ibnuh Yaman r.a. ditanya, “Malapetaka apakah yang paling besar yang menimpa umat manusia ?” Ia menjawab, “Apabila dihadapkan kepadamu sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk (jahat), lalu kamu tidak tahu yang manakah yang akan kamu pilih, maka itulah malapetaka yang paling besar.”
13. Suatu hal yang kita sesalkan bahwa sebagian umat islam menganggap bahwa jalan satu – satunya untuk maju adalah dengan mengikuti bangsa – bangsa barat. Tetapi ternyata yang diikuti bukan cara – cara dan langkah – langkah yang membuat mereka maju (positif), melainkan hal – hal yang negatif yang bertentangan dengan ajaran agama mereka. (al – Maghfurlahu Abdul Aziz bin Saud, Raja Saudi Arabia)
14. Nasihat Abdullah bin Marwan kepada anak – anaknya, “Wahai anak – anakku, tuntutlah ilmu karena jika kamu kelak menjadi pemimpin, kamu akan unggul, dan jika kamu termasuk kaum pertengahan, kamu akan tetap menjadi pemimpin. Dan jika kamu tergolong kaum yang awam, maka kamu akan tetap bisa hidup.”
Teman - teman dan musuh - musuh iblis
Diceritakan dari Wahb bin Munabbih bahwasanya dia berkata, “Allah SWT memerintahkan Iblis mendatangi Nabi Muhammad SAW dan menjawab apa yang beliau tanyakan, kemudian Iblis itu datang dengan menyerupai orang tua yang bertongkat, lalu terjadilah dialog berikut ini :
Nabi SAW bertanya kepadanya, “Siapakah kamu ?” Ia menjawab, “Saya adalah Iblis”. Beliau bertanya, “Kenapa kamu datang ?” Iblis menjawab, “Allah SWT memerintahkan saya untuk datang kepadamu dan menjawab apa yang ingin engkau tanyakan kepadaku”. Lalu Nabi SAW bertanya, “Wahai makhluk yang terkutuk, ada berapa kelompok musuh – musuhmu dari umatku ?” Iblis menjawab, “Ada 15 kelompok :
Pertama : engkau
Kedua : pemimpin yang adil
Ketiga : orang kaya yang rendah hati
Keempat : pedagang yang jujur
Kelima : orang pandai (‘alim) yang tenang pembawaannya
Keenam : orang mukmin yang suka memberi nasihat
Ketujuh : orang mukmin yang rendah hati
Kedelapan : orang yang bertaubat yang tetap pada taubatnya itu
Kesembilan : orang yang benar – benar menjaga diri dari yang haram
Kesepuluh : orang mukmin yang selalu berada dalam keadaan suci
Kesebelas : orang mukmin yang banyak sedekahnya
Kedua belas : orang mukmin yang berbaik budi kepada sesama manusia
Ketiga belas : orang mukmin yang banyak bermanfaat bagi sesama manusia
Keempat belas : orang yag pandai Al Quran dan selalu membacanya
Kelima belas : orang yang biasa mengerjakan shalat di waktu malam sewaktu orang
– orang lain sedang tidur”.
Kemudian Nabi SAW bertanya, “Siapakah teman – temanmu dari umat ku ?” Iblis menjawab, “Ada 10 kelompok :
Pertama : penguasa yang zalim
Kedua : orang kaya yang sombong
Ketiga : pedagang yang curang
Keempat : orang yang meminum minuman keras
Kelima : orang yang suka menyebarkan fitnah
Keenam : orang yang berbuat zina
Ketujuh : orang yang memakan harta anak yatim
Kedelapan : orang yang meremehkan shalat
Kesembilan : orang yang tidak mengeluarkan zakat
Kesepuluh : orang yang panjang angan – angan.
Mereka itulah teman – teman dan saudara – saudaraku.”
Kitab yang pandai bercakap - cakap
Umar bin Khattab r.a. menceritakan perihal dirinya, “Saya bermaksud menggertak Muhammad, maka aku ikuti ia sedang menghadapkan wajahnya ke Masjidil Haram untuk melakukan shalat. Aku datang dan berputar dari balik Ka’bah dan berdiri tepat di depannya, maka tidak ada yang menghalangi aku dan dia selain sitar (penutup) Ka’bah. Aku pegang erat – erat pedangku untuk membunuhnya, aku berhenti sejenak dan Rasulullah saw. mulai membaca surat Al – Haqqah : 1 – 8
Maka bacaannya menghunjam jantungku bagaikan anak panah yang tidak terelakkan. Setelah selesai bacaannya, aku berkata, “Apa ini ?” Ternyata beliau terus membaca : “Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar – benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.” (Q.S. Al Haqqah : 40)
Maka aku katakan, “Mungkin saja ucapan penyair.” Beliau terus melanjutkan bacaannya : “Dan bukanlah Al Quran itu perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (Q.S. Al Haqqah : 41)
Aku katakan, “Mungkin bacaan seorang dukun”, maka beliau membaca : “dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (Q.S. Al Haqqah : 42)
Aku katakan, “Dari mana datangnya ini ?” Beliau lalu membaca , “Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam.” (Q.S. Al Haqqah : 43)
Aku katakan, “Mana aku percaya ?” Beliau membaca, “Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas nama Kami, niscaya benar – benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar – benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali – kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalagi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.” (Q.S. Al Haqqah : 44 – 47)
Maka aku berkata dalam hati, “Saya bersaksi ini adalah benar bukan ucapan manusia.”
Dari percakapan langsung antara Rasulullah saw. dan Umar bin Khattab, kita bisa melihat bahwa Al Quran mengandung kata – kata yang dapat berbicara langsung untuk menyemai benih – benih keimanan dan membimbing pembacanya keluar dari kegelapan hati menuju nur Ilahi.
Pergolakan jiwa bergemuruh dalam diri Umar, dalam dirinya berkecamuk gejolak yang ditimbulkan oleh Al Quranul Karim, maka terpengaruh hatinya yang hidup itu.
Begitulah, Al Quran memang wahyu Ilahi yang senantiasa menerangi pembacanya menuju kepada jalan kebenaran, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. An Nisaa : 174,
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabb-mu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).”
Tujuan Hidup Manusia
Tak ada yang diciptakan Allah SWT di alam semesta ini yang sia – sia, apalagi makhluk yang namanya manusia, makhluk yang dilengkapi dengan akal pikiran dan hati yang membedakannya dengan makhluk yang lain, tentunya memiliki tujuan yang sangat jelas dan pasti. Salah satu tujuan itu termaktub dalam Al – Quran, Surat Adz – Dzaariaat ayat 56, yang artinya “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Jadi tujuan utama kita hidup di dunia ini adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. Selaras dengan sebagian doa iftitah yang selalu kita baca setelah Takbiratul Ikhram dalam Sholat. “…Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rabb seluruh alam…”. Jelas sekali bukan tujuan hidup kita. Sebagai seorag muslim tujuan utama kita adalah dalam rangka ibadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Apapun yang kita lakukan tujuannya mengabdi kepada Allah SWt. Setiap detik dan setiap hembusan nafas kita harus kita habiskan untuk mangabdi kepada Alla SWT.
Jika tujuan hidup kita sudah kita luruskan maka hasilnya adalah kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindar dari perbuatan – perbuatan dosa, karena apapun yang sifatnya mengabdi dan ibadah pastilah bukan perbuatan dosa. Ada sebagian orang yang berdalih dengan hadits “Innamal A’malu Binniati”, segala perbuatan tergantung niatnya. Mereka berdalih bermaksiat dalam rangka kebaikan. Semoga orang – orang yang berprinsip seperti itu diluruskan hatinya dan diampuni oleh Allah SWT. Perlu diketahui hadits tersebut hanya berlaku untuk perkara halal dan mubah, tidak berlaku untuk perkara haram. Apapun yang haram tidak bisa menjadi ibadah dan niat baik. Hal ini selaras dengan hadits nabi yang lain, “Tidak ada ketaatan dalam melakukan kemaksiatan”.
Semoga dengan mengetahui tujuan utama hidup kita akan melahirkan sikap hati – hati dalam mengarungi setiap detik dari hidup ini. Karena dengan keyakinan hidup ini adalah ibadah akan membuat diri kita sekuat tenaga untuk menghindari dosa dan maksiat serta perbuatan – perbuatan zalim. Ibadah – ibadah ukhrowi hanya untuk mencari ridho Allah SWT dan perbuatan – perbuatan duniawi yang halal dan mubah juga hanya diniatkan untuk mencari ridho Allah SWT. Sesuai dengan hadits diatas.
Di dalam surat lain, yaitu dalam Surat Al – Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman yang artinya, Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Jadi tujuan hidup kita selanjutnya adalah menjadi khalifah, wakil Allah SWT di muka bumi sebagai Rahmatan Lil’alamin. Membawa rahmat bagi semesta alam. Jadi kita hidup bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tapi kita hidup untuk memberikan manfaat bagi makhluk – makhluk Allah SWT yang lain, baik untuk manusia sendiri maupun bagi alam sekitar kita. Jadi kita tidak boleh zalim kepada diri sendiri, kepada orang lain maupun kepada makhluk Allah SWT yang lain. Tujuan hidup manusia sesuai dengan ayat ini sangat selaras dengan tujuan hidup manusia pada
Bisa kita ambil kesimpulan bahwa pada surat Adz – Dzaariaat ayat 56 adalah tujuan hidup vertikal kita kita, sedangkan pada surat Al – Baqarah adalah tujuan hidup horizontal kita. Semoga dengan mengetahui tujuan hidup kita, segala apapun yang kita lakukan (tentunya yang halal atau mubah) hanya kita niatkan beribadah untuk mencari ridho Allah SWT dan bisa membuat kita lebih berhati – hati. Serta kita juga bisa menebar Rahmatan Lil’alamin dan menjadi sebaik – baik makhluk yang bermanfaat bagi orang lain. Dimanapun kita berada orang merasa aman terhadap kita, aman dari perbuata kita juga aman dari lisan kita. Memang, tak ada manusia yang sempurna dan bebas dari dosa. Kita memang makhluk yang lemah yang selalu tergelincir dalam dosa, musuh kita adalah setan, yang bisa melihat kita sedangkan kita tidak bisa melihat mereka. Mereka dengan mudah mengendalikan hawa nafsu kita, yang bisa menjadi musuh terbesar kita. Tapi setidaknya jika kita telah berusaha keras untuk benar – benar menjalankan tujuan hidup kita, InsyaAllah kesalahan – kesalahan kita akan diampuni oleh Allah SWT (dengan bertobat tentunya) serta kita kita akan diridhoi oleh Allah SWT.